THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES
Saudara-saudara yang membaca buku ini, saya mohon bertobatlah dari dosa-dosamu. Panggillah Yesus untuk menyelamatkan. Panggil Dia hari ini juga, jangan tunggu besok. Mungkin besok engkau sudah tidak ada. Waktu berjalan cepat sekali. Berlututlah dan minta Dia membasuh dosa-dosamu dengan darahNya yang kudus.supaya kita terhindar dari api neraka

Sunday, April 11, 2010

SAAT KEKAYAAN HILANG


Bacaan:

TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!- Ayub 1:21


Banyak orang tidak siap ketika menghadapi kehilangan, khususnya soal uang. Ketika usaha yang dirintis bertahun-tahun bangkrut, ketika seseorang tertipu dan hartanya ludes, ketika malapetaka datang dan menguras harta bendanya. Itulah masa-masa transisi paling sulit. Tak heran kalau beberapa orang super kaya memilih mengakhiri hidupnya saat mereka kehilangan kekayaannya. Sebut saja Thierry Magon, manajer keuangan di New York, yang bunuh diri karena menghilangkan uang klien-kliennya di pasar saham. Adolf Merckle, salah satu dari 10 orang paling kaya di Jerman, memilih menabrakkan diri pada kereta api saat bangkrut karena spekulasi saham.

Kesimpulannya, banyak orang tidak siap ketika kekayaannya hilang. Padahal, hal seperti ini bisa saja terjadi kepada siapa saja, termasuk kepada kita sebagai orang Kristen. Contoh di dalam Alkitab adalah Ayub, konglomerat pada zamannya, yang kekayaannya ludes dalam sekejap. Justru pada saat Tuhan mengijinkan kita mengalami kehilangan itulah, akan terlihat kualitas kita yang sebenarnya. Kuat tidaknya karakter kita tidak diukur pada saat keadaan baik-baik saja, tapi pada saat apa yang paling berharga dalam hidup kita lepas dari genggaman tangan kita. Saat itulah akan terlihat apakah kita memiliki jiwa besar, ataukah jiwa kerdil. Apakah kita seorang pemenang, ataukah kita seorang pecundang? Apakah kita seorang yang menjadi tuan atas kekayaan, ataukah kita sudah terikat dan diperhamba oleh mamon?

Saya salut dengan Donald Trump yang hari ini dikenal sebagai salah seorang terkaya di dunia. Anda tentu tahu bahwa ia pernah bangkrut dan punya hutang sebesar $ 935 juta pada tahun 90-an ketika harga properti jatuh. Yang pasti, dia berhasil menangani kehilangan kekayaannya dan berani bangkit kembali. Apakah hari ini kita sedang mengalami kebangkrutan? Jangan menyerah! Yakinlah bahwa Dia akan menolong, menyertai, dan mengembalikan kekayaan kita yang hilang, bahkan lebih dari sebelumnya. Itu terjadi kalau kita tetap kuat di dalam Dia saat kita kehilangan!


Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman. - I Timotius 6:10

Bagaimana membuat hidup menjadi kaya? Barangkali inilah topik yang paling dibutuhkan dan paling sering dicari oleh kebanyakan orang. Di internet saja ada 37.000 situs mengenai cara menjadi kaya. Seminar-seminar yang memberikan resep kaya, apalagi dengan cara cepat, selalu sold out atau laris manis. Buku-buku bisnis yang menawarkan jurus kaya juga sangat diminati. Pada intinya, semuanya berujung pada uang. Uanglah satu-satunya hal yang diyakini bisa membuat hidup ini kaya.

Faktanya, uang tidak pernah membuat manusia kaya. Mereka yang sudah kaya masih saja tetap merasa kurang dan mengejar uang yang lebih banyak lagi. Benar apa kata filsuf Lucius Annaeus Seneca, “Uang belum pernah membuat orang menjadi kaya.” Sebaliknya uang justru membuat kita selalu merasa miskin, merasa kurang dan tamak, bahkan tidak peduli sebanyak apapun uang yang telah kita miliki.

Berjuta-juta orang masih tetap menghabiskan kehidupannya untuk mengejar apa yang tidak akan pernah mereka miliki. Ironisnya, mereka mengabaikan apa yang sebetulnya benar-benar mereka butuhkan. Banyak orang menjadi salah prioritas pada saat ingin memperkaya hidup mereka dengan uang. Bukannya hidup tambah kaya, tapi justru kita akan terjebak dengan tuntutan keinginan hidup yang tidak ada habisnya.

100 tahun dari sekarang ini, orang-orang tidak akan mengenang betapa kayanya kita, mobil mewah apa yang kita kendarai, luxury house macam apa yang kita tinggali, bahkan berapa banyak rekening kita di bank. Mengapa? Karena pada akhirnya, hal yang paling berarti di dalam hidup ini sebenarnya bukanlah hal yang bersifat kebendaan. Itu sebabnya saya mengingatkan Anda untuk tidak keliru prioritas dalam hidup. Uang dan materi tidak akan pernah bisa memperkaya hidup kita, justru kalau tidak hati-hati hidup kita malah dipermiskin olehnya. Benar kata Alkitab bahwa cinta akan uang justru akan menghancurkan hidup kita sendiri.

Uang sebanyak apapun belum pernah bisa membuat orang menjadi kaya.



(Kwik)

» Artikel Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit

0 comments: